Type something and hit enter

author photo
By On
Reportase Terkini - Tindakan Anti-Muslim telah mencapai rekor yang tinggi pada trimester pertama 2015, menurut Kepala Observatorium Nasional Perancis melawan Islamophobia.




Abdallah Zekri, kepala Observatorium itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tindakan anti-Muslim meningkat 500 persen, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011.Sekelompok pengunjuk rasa di Kota Ajaccio, Kepulauan Corsica, Prancis, merusak sebuah masjid dan membakar beberapa Al Quran. Insiden itu terjadi pada saat perayaan Natal.

Tindakan Rasis Kali ini Kembali Terjadi Di Perancis, Di Kutip Dari Merdeka.com Perusakan itu bermula dari pengeroyokan dua orang petugas pemadam kebakaran dan seorang polisi oleh beberapa anak muda dari distrik para imigran. Warga Kota Ajaccio lantas menggelar unjuk rasa menuntut para pengeroyok ditangkap.Lebih dari 150 orang bekerumun di depan Balai Kota, pada saat Natal, meneriakkan kalimat rasis seperti "Orang Arab enyah dari Prancis!" atau "Prancis rumah kami, bukan rumah kalian."
Baca Juga : Jusuf Kalla Tolak Monas Di Jadikan Tempat Zikir Massal
Kantor berita AFP melaporkan, Sabtu (26/12), ratusan orang itu tanpa dikomando, kemudian merangsek ke perkampungan Arab. Salah satu masjid kecil di perkampungan itu kemudian dirusak, kacanya dipecahkan, dan pintunya dijebol.

"Lima puluh Al Quran dibakar dan dibuang ke jalanan," kata Pejabat Pemkot Ajaccio, Francois Lalanne.

Pemerintah Prancis mengecam tindakan warga Ajaccio yang main hakim sendiri. Padahal belum jelas siapa sebetulnya pengeroyok para polisi dan pemadam kebakaran yang menjadi pemicu insiden ini. "Perusakan ini tidak bisa diterima," kata Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls.

Dewan Perwakilan Umat Muslim Prancis (CFCM) mengaku sedih mendengar kabar perusakan masjid tersebut. Padahal, pada 24-25 Desember lalu umat muslim dan Kristen sama-sama merayakan hari yang penting. "Sebetulnya semua umat beragama sedang bergembira kemarin, kami menyesalkan kejadian di Corsica," seperti dikutip dari keterangan tertulis CFCM.

Di Corsica, Partai Front Nasional yang berhaluan kanan ekstrem berhasil meraup suara mayoritas pada pemilu regional awal bulan ini. Diduga, ideologi antiimigran itu memperoleh dukungan masyarakat dipicu serangan teror Paris pada 13 November lalu yang menewaskan 130 orang.
Baca Juga : Profesor ini Sangat Terkejut Setelah Melihat Hasil Penelitiannya Sudah Di Sebutkan Dalam Al-Qur'an
Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve mendesak polisi menangkap para pelaku perusakan masjid dan pembakaran Al Quran. "Kita tidak bisa membiarkan rasisme dan xenophobia terus berlanjut," ujarnya.

Sebelum tragedi 13 November 2015 di Paris, Islamophobia di negara-negara barat sudah terjadi dan cenderung meningkat. Sebuah observatorium anti rasisme Perancis merilis data pasca serangan Charlie Hebdo Januari 2015 lalu, terjadi peningkatan Islamophobia di Perancis enam kali lipat dibanding tahun 2014.

Dari tahun 2011 hingga 2014 juga terjadi peningkatan 500 persen. Itu baru di Perancis. Di Inggris juga ada peningkatan yang signifikan. Belum lagi di negara-negara barat lainnya, juga di AS dan Australia. Di Australia sendiri pada pasca serangan di Lindt Cafe, Sidney Desember tahun lalu, media sosial di sana juga dihebohkan oleh posting viral yang dibuat oleh seorang wanita yang melindungi seorang perempuan Muslimah di kereta yang berusaha menanggalkan jilbabnya karena ketakutan akan diserang oleh anti-Islam sehingga peristiwa itu terkenal dengan taggar #Istandwithyou. [reportaseterkini]